Istana Imatzikhoulbillah
Istana Imatzikhoulbillah
Pada zaman dahulu Sambas merupakan kerajaan yang besar sudah ada sejak abad ke-7 namun Istana Alwazikhoubillah belum dibangun. Sebelum adanya kesultanan Sambas, ada beberapa kerajaan yang mendahului, misalnya kerajaan Wijawa Pura pada abad ke-7 sampai abad ke-9 masehi, kerajaan Nek Riuh pada abad ke-13 sampai abad ke-14 masehi, Kerajaan Tan nunggal sekitar abad ke-15 masehi, diteruskan dengan Panembahan Sambas pada abad ke-16 masehi. Setelah itu barulah muncul Kesultanan Sambas pada abad ke-17 masehi. Dengan sultan pertamanya adalah Raden Sulaiman (anak dari sultan tengah, anak sultan Brunei) yang masih keturunan Cina. Namun Istana Alwazikhoubillah yang terlihat sekarang baru dibangun pada masa Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syaifiuddin (1931-1943).
Di istana ini
terdapat beberapa benda peninggalan Belanda, Inggris dan Cina. Misalnya 3 buah
meriam yang terdapat di depan Istana merupakan pemberian dari tentara Inggris.
Jika kita masuk ke ruang depan kita menemukan 4 buah cermin besar, 2 dari
Inggris dan duanya lagi dari Belanda. Di kamar sultan juga terdapat guci hadiah
dari dinasti Cina.
Pada hari lebaran
maupun hari biasa Istana Alwazikhoubillah ramai dikunjungi wisatawan, sekedar
ingin melihat benda-benda dikeraton maupun menikmati keindahan disekitar
keraton.
Selain Istana
Alwazikhoubillah ada juga masjid kuno namun arsitekturnya sangat memikat hati.
Masjid tersebut adalah Masjid Jami yang dapat kita lihat dari arah depan Istana
Alwazikhoubillah. Masjid yang nama resminya adalah masjid Sultan Muhammad
Syafi’uddin II ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat.
Masjid tersebut
awalnya adalah sebuah rumah sultan yang dijadikan musala. Di bangun oleh Sultan
Aqomuddin yang memerintah negeri Sambas pada tahun (1702-1727 Masehi). Kemudian
direnovasi oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Syafi’uddin dan
dikembangkan menjadi Masjid Jami yang diresmikan pada tanggal 10 Oktober 1885.
Masjid ini memiliki tiang tengah yang berjumlah delapan buah yang bermakna
didirikan oleh Sultan ke-8. Semua bangunan masjid ini terbuat dari kayu belian
yang membuatnya menjadi masjid yang kokoh meski sudah tua.











